Di luar ruangan, orang-orang begitu antusias menikmati alunan musik tradisi, sajian minuman dan makanan tradisional khas Bali. Setiap makanan dan minuman, orang beramai-ramai memberikan kesaksian, apresiasi atau sekedar bercerita mengenai proses kreatif dan perjuangan menghasilkan karya-karya tertentu.
Sementara di dalam ruangan, orang-orang asyik begitu masyuk menikmati sensasi seni yang dalam kanvas 50×50 cm. Anda, banyak pengunjung sedang menikmati apa yang disebut keheningan yang layaksebuah keheningan yang pantas untuk dinikmati karena segala sesuatu tak selamanya butuh suara.
Baca juga: Mahavisual pamerkan karya seni kutipan dari pelopor bangun TIM
Puluhan Karya Seni Token Tidak Dapat Dipertukarkan (NFT) dipajang dengan sorotan lampu yang memakai metode menyorot langsung pada titik karya sekaligus memanfaatkan karakter lantai yang mampu menangkap dan memantulkan citraan karya terpajang.
Terrupa Festival hadir berkat kerja sama antara MAJA labs dan ICCN (Indonesia Creative Cities Network) dan menjadi ekshibisi NFT pertama di Bali yang juga menghadirkan realitas virtual atau realitas maya (VR). VR adalah teknologi yang membuat pengguna dapat berinteraksi dengan lingkungan hasil simulasi komputer, suatu lingkungan yang dibuat di dunia nyata yang disalin atau lingkungan fiktif yang hanya ada dalam imajinasi.
Festival ini akan berlangsung selama tiga hari mulai 5 sampai 7 Agustus 2022 di The Ambengan Tenten, Denpasar, Bali.
Menurut filosofinya, terrupa memiliki arti “tampak”, kata serapan yang berarti penyatuan indera, pikiran dan jiwa. Jadi, Terupa Festival adalah ajang untuk tanpa para pelaku dan pencinta NFT dan WEB3 di Indonesia.
Selain itu, MAJA labs juga menghadirkan inovasi baru yakni merasakan hadir di terrupa festival di dunia metaverse menggunakan teknologi VR.
Founder Terupa Festival Kinno Thingker mengatakan Terupa Testival merupakan wadah bagi perrupa untuk saling bertemu dan berkolaborasi.
Baca juga: Museum MACAN pamerkan karya Agus Suwage
“Sesuai namanya terupa ya, artinya temu perupa. Ini adalah apresiasi pencipta muda Indonesia, wadah bagi orang muda yang dihadiahkan untuk bertemu satu sama lain membahas karya-karya, berpikir bersama bagaimana karya-karya ini dikenal secara luas oleh semua kalangan,” kata Kino saat ditemui di sela-sela acara Terrupa Festival.
Selain bertemu dan berpikir, para perupa juga membahas bagaimana bentuk kerja sama kolaboratif antara seniman dari seluruh Indonesia.
Selain pameran karya seni NFT, Terrupa Festival juga dimeriahkan oleh pertunjukan musik, bengkel, truk makanan dari UMKM Bali, teater, peragaan busanasenitari, komedi berdiri dan lukisan dinding hidup.
“Tujuan utama hadirnya Terrupa Festival ini adalah mengenalkan karya seni NFT kepada masyarakat. Juga sebagai edukasi bagi yang ingin belajar NFT karena di Indonesia sendiri saat ini karya seni NFT ini sedang berkembang pesat,” kata Kinno.
Kinno menceritakan Terupa Festival pada awalnya sebuah rencana yang digagas oleh beberapa orang sebagai bentuk kepedulian terhadap perupa yang mengalami kelesuan dalam berkarya lewat media NFT.
“Kami mendengar banyak keluhan dari teman-teman perrupa yang mengalami semacam kelesuan karena karya-karya mereka kurang mendapat tempat untuk dipamerkan. Nah, ketika ide membuat suatu festival muncul, antusiasme dari teman-teman perupa ini sangat tinggi. Itulah yang kemudian membuat kami merasa ini saat yang tepat bagaimana berkolaborasi membuat karya-karya ini salah satunya melalui festival ini,” kata Kinno.
Kinno menyatakan karya seni yang ditunjukkan di The Ambengan Tenten, Jalan Imam Bonjol, Pemecutan Kelod, Denpasar Barat ini dipilih oleh dewan juri yang memenuhi standar untuk dipamerkan.
“Sekitar dua minggu sebelum ajang ini dimulai, kami mengontak mereka (perrupa) melalui media sosial. Awalnya ada sekitar 135 karya yang dikirim, tetapi setelah dikurasi akhirnya kami tampilkan 60 karya terpilih untuk dipamerkan dalam ajang ini,” kata dia.
Baca juga: Senyum ARMY galang dana melalui pameran seni di Jakarta dan Bandung
Kinno mengatakan karya-karya yang ditampilkan dalam festival tersebut merupakan hasil karya anak-anak muda yang berasal dari banyak daerah di Indonesia. Dari Bali sendiri, muncul karya-karya dari perupa seni NFT yang terkenal seperti Raka Jana, lannocent dan Monez.
Setiap karya yang ditampilkan sudah dilengkapi dengan QR kode untuk memudahkan pengunjung untuk dapat bertransaksi jika tertarik dengan karya yang ada. Hal ini dikarenakan NFT sendiri adalah sebuah layanan token digital ke sistem besar blockchain di mana para pemilik karya dan peminat karya dapat bertransaksi melalui dompet digital mata uang kripto.
Teknologi NFT memungkinkan para penggiat seni menghasilkan sebuah karya seni melalui platform digital yang gampang dan mudah diperjualbelikan.
“Karya-karya yang dipajang di Terrupa Festival tidak diperjualbelikan. Karya fisiknya ini hanya sebagai media pendukung bagi pencipta memamerkan Sedangkan untuk transaksinya, untuk pembelian, di setiap karya itu sendiri sudah ada kode batang-nya. Jadi, mereka (pembeli) dapat memiliki bentuk NFT-nya melalui kepemilikan token untuk dapat bertransaksi dengan pencipta,” kata Kinno.
Sementara itu, Penyelnggara Kegiatan Terrupa Festival Krisna Binsar dalam keterangan persnya menyatakan para perupa menuangkan kreativitasnya melalui media kanvas berdimensi 50×50 cm.
“Kami berharap karya seni yang ditampilkan di sini dapat menjangkau banyak mata, tanpa mengurangi esensinya. Ini juga sebagai ajang apresiasi terhadap karya seni masa kini,” kata Krisna.
Menurut dia nama terupa sendiri memiliki filosofinya sendiri yakni serapan yang berarti penyatuan indera, pikiran dan jiwa.
Baca juga: Berkenalan dengan lukisan “Titik Berangkat” di Selaras Art Space
Festival Terupa yang mengadopsi teknologi digital ini semakin menginspirasi kemunculan pameran dan semoga karya seni yang lebih berkualitas, yang mendukung penghargaan terhadap karya seni seiring dengan perkembangan ekonomi digital di Indonesia.